Grasskap

Kepopuleran ikan air tawar grass carp sebagai ikan yang enak untuk dikonsumsi masih kalah dibandingkan dengan ikan lele, gurami, atau nila. Padahal, selain enak disantap, ikan grass carp ini merupakan pemberantas serangan gulma di air tawar.

 

Dibandingkan dengan ikan jenis air tawar lain, ikan grass carp masih kalah kesohor di telinga masyarakat kita. Namun, bukan berarti permintaan ikan vegetarian ini tidak ada sama sekali.

 

Simak saja penuturan Wawan, pembudidaya ikan grass carp di Bogesan, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Menurut dia, meski terbilang kecil, permintaan ikan grass carp selalu ada.

 

Karena itu, dalam tujuh tahun terakhir ini, Wawan terus membudidayakan ikan ini. "Permintaan datang dari Banjarnegara, Magelang, dan daerah di Sumatra. Tapi, permintaan paling tinggi berasal dari Kalimantan," imbuhnya.

 

Selain untuk konsumsi, ikan yang kerap disebut dengan graskap ini biasanya dimanfaatkan sebagai pengendali gulma. Maklum, graskap adalah ikan jenis herbivora atau pemakan tanaman. "Ini salah satu hal yang mendorong peternak mau membudidayakan ikan graskap, karena pakannya murah," kata Edi Susanto, pengumpul ikan grass carp di Medan, Sumatra Utara.

 

Di Belanda dan Amerika Serikat, ikan grass carp kerap dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma di danau dan perairan lainnya.

 

Asal tahu saja, ikan grass carp bisa memakan tanaman dengan jumlah hingga tiga kali total berat badannya. Ketika dewasa, panjang tubuh grass carpbisa mencapai 1,2 meter dengan berat 20 kilogram (kg).

 

Kendati manfaat ikan grass carp cukup penting bagi manusia, nilai jual ikan ini belum setinggi ikan air tawar lainnya. Sebut saja lele atau gurami. "Ikan ini masih belum banyak dikonsumsi. Padahal, rasa ikan ini tidak kalah dengan ikan bandeng," kata Yusuf Arman, pembudidaya ikan air tawar dari Argomino Arum di Yogyakarta.

 

Dus, budidaya ikan yang juga mendapat sebutan ikan koan ini, masih belum banyak dilakukan oleh para peternak. Yusuf mengaku, sampai saat ini baru sebatas membeli dan menjual bibit grass carp. Dengan kata lain, Yusuf hanya jadi pengepul ikan grass carpsaja.

 

Dalam sebulan, paling banyak Yusuf menjual sekitar 80.000 bibit grass carp dengan ukuran sekitar 2-3 sentimeter. "Harga jualnya mulai Rp 100-Rp 150 per ekor," imbuh dia. Sayang, Yusuf enggan berbagi cerita soal omzet yang diperoleh dari menjual ikan grass carp.

 

Sama seperti Yusuf, Edi Susanto juga enggan membeberkan omzetnya dari bisnis bibit grass carp. Yang jelas, sejak sebelum bulan Ramadan hingga saat ini, Edi Susanto baru memesan bibit grass carp sebanyak 30.000 ekor. "Di Medan, rata-rata ikan grass carp dijual sekitar Rp 1.200 per ekor," katanya.

 

Berbeda dengan Yusuf dan Edi, Wawan yang sudah membudidayakan grass carp dari indukan, mengaku bisa meraup omzet lumayan besar dari menjual bibitnya.

 

Ketika ikan mulai bertelur, Wawan memenuhi 20 kolam miliknya dengan ikan grass carp. "Dari satu kolam, sedikitnya saya menargetkan penjualan bibit senilai Rp 2,5 juta," imbuhnya. Dengan begitu, omzet Wawan dari bisnis bibit ikan grass carp Rp 50 juta setiap kali panen.

 

Jika bibit grass carp telah berusia satu atau dua bulan, Wawan juga menjualnya dalam bentuk kiloan. Harga jualnya Rp 30.000 per kilogram (kg). Satu kilogram berjumlah 80 ekor.

 

Menurut Wawan, grass carp termasuk jenis ikan musiman. Ikan ini hanya bertelur ketika sedang musim penghujan. Karena itu, selain musim hujan, biasanya Wawan hanya memenuhi kolamnya dengan berbagai jenis ikan lainnya. Seperti nila, bawal, dan tombro.

 

Tinggalkan Balasan

Order Via WhatsApp