Sejak perikanan budidaya dinyatakan sebagai sumber andalan untuk menggenjot produksi perikanan nasional, sejak itu berbagai upaya terus dilakukan agar target peningkatan produksi bisa dilakukan dengan cepat. Salah satunya, dengan memanfaatkan mikroalga menggunakan teknologi fotobioreaktor yang pengembangannya dilakukan oleh Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee di Aceh.
Teknologi fotobioreaktor adalah reaktos tembus pandang yang dilengkapi dengan instalasi suplai media dan emisi gas yang dapat digunakan untuk mengatur mikroalga. Bioreaktor memungkinkan cahaya bisa masuk, sehingga organisme mikroskopis berklorofil bisa melakukan fotosintesis.
Ada 2 jenis mikroalga yang dikembangkan, yakni Skeletonema dan Nannochloropsis.
Menurut Slamet, keberadaan mikroalga sebagai pakan alami harus terus dijaga tetap stabil, karena kebutuhan pakan dari level pembenihan hingga pembesaran akan terus meningkat jika produksi perikanan budi daya juga mengalami peningkatan.
“Pakan alami seperti halnya mikroalga ini sangat esensial dan diperlukan untuk menghasilkan benih ikan ataupun udang yang berkualitas. Mikroalga menjadi sumber penyedia nutrisi, seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral serta zat nutrisi lainnya,” tutur dia.
Pengembangan jenis Skeletonema dilakukan, karena mikroalga jenis tersebut dibutuhkan untuk menjadi pakan alami budi daya udang windu dan vaname. Sementara, jenis Nannochloropsis dikembangkan karena itu bisa menjadi pakan alami untuk budi daya kakap putih.
Diketahui, Skeletonema dicirikan sebagai mikroalga berbentuk silinder dengan warna coklat keemasan, dan Nannocholopsis umumnya berbentuk bulat dan berwarna hijau. Selain keduanya, ada beberapa jenis mikroalga lain yang umum digunakan dalam kegiatan budi daya perikanan.
“Diantaranya adalah Dunaliella, Chlorella, Chaetoceros, Spirulina dan Thalasiossira,” pungkas dia.
Menurut dia, mikroalga memiliki klorofil ‘a’ sebagai pigmen utama untuk melakukan fotosintesis, dan bersifat uniseluler maupun multuseluler. Keberadaan mikroalga bisa ditemukan di habitat asli mereka yang ada di perairan tawar, payau, dan laut.
Namun demikian, Dedy menerangkan kalau untuk beberapa jenis mikroalga habitatnya adalah di daerah kutub dan daerah lainnya. Dari semua jenis yang ada di dunia, sekitar enam jenis yang ada saat ini sudah biasa dimanfaatkan untuk budi daya perikanan dan lainnya.
Keenam jenis mikroalga tersebut tidak lain adalah Tetraselmis sp., Chlorella sp., Navicula sp, Chaetoceros sp., Nannochlopsis sp., dan Scenedesmus sp. Selain untuk budi daya, mikroalga juga bermanfaat untuk bahan obat-obatan atau penambah daya tahan tubuh, dan kosmetik.
Selain itu, mikroalga juga bermanfaat unuk menghasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air, karena sifatnya yang mampu melakukan fotosintesis; bioremediasi, teruama untuk mengurani kadar ‘N’ dan ‘P’ dalam suatu limbah; dan bahan dasar untuk energi terbarukan.